Sarjana Yang Takut Jadi Pengusaha

Kemana Anda setelah kuliah? Pertanyaan ini sekilas singkat, namun berdasarkan riset yang  dilakukan  oleh  Asnadi  (2005)  terhadap  5  perguruan  tinggi  negeri  di  Indonesia ditemukan  bahwa  hampir  75  persen  responden  (mahasiswa)  tidak  memiliki  rencana  yang jelas  setelah  lulus.  Hal  ini  tidaklah  mengherankan  jika  setiap  tahunnya  akan  selalu  muncul pengangguran  terdidik  di  Indonesia  yang  angkanya  semakin  membludak.  Sakernas  (2010) mengemukakan  fenomena  ironis  yang  muncul  di  dunia  pendidikan  Indonesia  dimana semakin tinggi pendidikan seseorang, probabilitas atau kemungkinan menjadi pengangguran semakin tinggi.

Salah satu upaya dalam mengurangi tingkat pengangguran terdidik di Indonesia adalah dengan menciptakan lulusan-lulusan yang tidak hanya memiliki orientasi sebagai job seeker namun job maker atau yang kita sebut wirausaha. Penciptaan lulusan perguruan tinggi yang menjadi seorang wirausahawan tidak serta merta mudah untuk dilaksanakan.

Kalangan terdidik cenderung menghindari pilihan profesi ini karena preferensi mereka terhadap  pekerjaan  kantoran   lebih   tinggi   Preferensi  yang  lebih  tinggi  didasarkan  pada perhitungan  biaya  yang  telah   mereka  keluarkan  selama  menempuh  pendidikan  dan mengharapkan tingkat pengembalian (rate of return) yang sebanding. Ernanie (2010), dalam 10 Modul Pembelajaran Kewirausahaan seminarnya mengungkapkan ada kecenderungan, semakin tinggi tingkat pendidikan semakin besar  keinginan  mendapat  pekerjaan  yang  aman.  Mereka  tak  berani  ambil  pekerjaan berisiko seperti berwirausaha. Pilihan status pekerjaan utama para lulusan perguruan tinggi adalah sebagai karyawan atau buruh, dalam artian bekerja pada orang lain atau instansi atau perusahaan  secara  tetap  dengan  menerima  upah  atau  gaji  secara  rutin  seperti  Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan lainnya.

Meskipun setiap tahun pemerintah membuka pendaftaran menjadi PNS, namun tidak dapat  dipungkiri  bahwa  sebagian  besar  dari  mereka  yang   mendaftar  mengalami kekecewaan karena tidak berhasil lulus. Peluang untuk menjadi PNS semakin kecil lagi setelah  pemerintah memutuskan  penundaan  sementara  (moratorium)   tambahan  formasi untuk penerimaan PNS sejak 1 September 2011 hingga 31 Desember 2012. Keterbatasan terserapnya lulusan perguruan tinggi di sektor pemerintah menyebabkan perhatian beralih pada  peluang  bekerja  pada  sektor  swasta,  namun  beratnya  persyaratan  yang   ditetapkan terkadang membuat peluang untuk bekerja di sektor swasta juga semakin terbatas.

Satu-satunya peluang yang masih sangat besar adalah bekerja dengan memulai usaha mandiri.  Hanya  saja,  jarang  ditemukan  seseorang  sarjana  yang  ingin  mengawali kehidupannya  setelah  lulus  dari  perguruan  tinggi  dengan  memulai  mendirikan  usaha. Kecenderungan  yang  demikian,  berakibat  pada  tingginya  residu  angkatan  kerja   berupa pengangguran  terdidik.  Jumlah   lulusan  perguruan  tinggi  dalam  setiap  tahun  semakin meningkat. Kondisi ini tidak sebanding dengan peningkatan ketersediaan kesempatan kerja yang akan menampung mereka.

Kecilnya minat berwirausaha di kalangan lulusan perguruan tinggi sangat disayangkan. Syaefuddin  (2003)  mengatakan  bahwa  seharusnya  para  lulusan  melihat  kenyataan  bahwa lapangan   kerja  yang   ada   tidak   memungkinkan   untuk   menyerap   seluruh  lulusan perguruan  tinggi  di  Indonesia,  para  lulusan  perguruan  tinggi  mulai  memilih  berwirausaha sebagai  pilihan  karirnya,  mengingat  potensi  yang  ada  di  negeri  ini  sangat  kondusif  untuk melakukan wirausaha. Ilik  (2010)  mengatakan  bahwa,  untuk  memulai  menjadi  seorang  wirausaha,  setiap mahasiswa  harus  memiliki  impian  yang  kokoh  yang  dibangun  tidak  dalam  waktu  singkat. Urgensi impian ini  semakin penting  mengingat resiko  dari wirausaha  ini tidaklah  kecil,  bila mahasiswa  tidak  memiliki  impian  yang  kokoh  maka  sangat  mungkin  baginya  untuk  cepat menyerah. 
Comments
0 Comments